Sabtu, 05 September 2020

 

Materi Tematik

Tanggal. 7 September 2020

 

 

Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia tidak lepas dari makna yang terkandung dalam sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia.

Mengapa persatuan dan kesatuan penting? Apa yang akan terjadi jika Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bersatu?

 

Meskipun Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan penduduk yang berasal dari latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda, namun dengan semangat persatuan dan kerja sama, bangsa Indonesia mampu mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

‘Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh’ adalah semboyan yang sering didengungkan untuk meningkatkan semangat persatuan pada masa penjajahan.

 

Kami Berbeda, namun Kami Bekerja Sama

Matahari belum tinggi ketika Edo, Dayu, dan teman-temannya bermain di halaman sekolah. Ada yang bermain lompat karet, ada yang bermain Petak Jongkok, ada yang bermain Congklak di selasar kelas, dan sebagian lagi ikut dalam permainan Rangku Alu.

Edo, Dayu, Siti, Udin, Beni, dan Lani memilih ikut permainan Rangku Alu bersama beberapa teman lain. Mereka memang lebih suka dengan permainan olah tubuh di luar ruangan. Baru beberapa hari yang lalu, teman baru mereka, Yanes yang memperkenalkan permainan ini. Yanes berasal dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Permainan yang menggunakan tongkat bambu ini adalah permainan anak yang digemari di sana. Edo, Dayu, dan teman-teman di SD Nusantara senang sekali mengenal permainan baru ini. “Seru dan menantang!” kata mereka.

Anak-anak di SD Nusantara justru gembira menyambutnya. Perbedaan warna kulit, adat, kebiasaan, bahasa, atau agama tidak mereka anggap sebagai masalah. Semua akrab bermain bersama. Pernah sekali waktu, ketika Edo bercanda akrab dengan Siti dan Dayu, Hendra berkomentar, “Ih, Dayu, mau-maunya kamu bermain dengan Edo yang berkulit hitam. Nanti kulitmu yang putih tertular hitam, lho!” ejeknya. “Ah, aku tak pernah pusing dengan warna kulit, tak pernah pusing dengan asal daerah. Aku dan Siti pun berbeda. Aku anak Bali, Siti anak Sumatra, tetapi kami saling memahami. Pertemanan hanya butuh waktu untuk saling menyesuaikan. Aku pun butuh waktu untuk menyesuaikan diri denganmu, Hendra.” Balas Dayu tenang. Hendra pun terdiam. Sesungguhnya, ia juga tidak pernah mengalami masalah dengan temannya yang berbeda asal.

Begitulah gambaran keseharian di SD Nusantara. Anak-anak tetap rukun, bekerja sama, dan bersatu, walaupun mereka berbeda-beda. Wawasan mereka semakin kaya karena mengenal adat dan bahasa daerah lain. Semakin kaya dengan bermain bersama aneka permainan tradisional. Rangku Alu, Benthik, Gobak Sodor, atau Cingciripit menjadi perekat yang menyenangkan.

 

 

Kami Berbeda, namun Kami Bekerja Sama

Tarian Tradisional Asal Sumatera Barat, Tari Indang Minangkabau

Tari indang atau biasa disebut tari dindin badindin adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat Minang, Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Tarian ini sebetulnya merupakan sebuah permainan alat musik yang dilakukan secara bersama-sama. Nama indang sendiri berasal dari nama alat musik tepuk yang dimainkan pada tarian ini. Indang atau juga disebut Ripai, adalah sebuah instrument yang dimainkan dengan cara ditepuk. Bentuknya seperti rebana tapi berukuran lebih kecil.

Tari indang sendiri, saat ini kerap mewakili Indonesia dalam pagelaran budaya internasional. Gerakan rancak dan dinamis yang muncul dari para penarinya membuat tari indang banyak diminati masyarakat mancanegara. Nah, bagi Anda yang ingin mempelajari tarian asal ranah Minang ini, ketahuilah dahulu bagaimana informasi seputar sejarah, perkembangan, dan unsur-unsur yang membentuknya. Tari Indang Menurut beberapa versi, tari indang sebetulnya merupakan buah akulturasi budaya Melayu dan budaya Islam di masa penyebaran agama Islam pada abad ke 13. Tarian ini diperkenalkan oleh salah seorang ulama Pariaman bernama Syekh Burhanudin sebagai salah satu media dakwah.

Tari Indang

Menurut beberapa versi, tari indang sebetulnya merupakan buah akulturasi budaya Melayu dan budaya Islam di masa penyebaran agama Islam pada abad ke 13. Tarian ini diperkenalkan oleh salah seorang ulama Pariaman bernama Syekh Burhanudin sebagai salah satu media dakwah.

1.      Tema dan Makna Filosofi

Sebagai media dakwah, tari Indang mengandung beberapa elemen pendukung yang bernapaskan budaya Islam. Tarian ini kerap disuguhkan bersama iringan shalawat Nabi atau syair-syair yang mengajarkan nilai-nilai keislaman. Tak heran bila kemudian pada masa silam tari Indang justru lebih sering ditampilkan di surau-surau. Adapun hingga saat ini, beberapa nagari di ranah Minang masih kerap menyuguhkan tarian ini dalam upacara Tabuik, atau upacara peringatan wafatnya cucu Rosululloh setiap tanggal 10 Muharram.

2.      Gerakan Tari Indang

Sekilas, semua gerakan tari indang akan tampak seperti gerakan tari Saman asal Aceh. Akan tetapi, jika diperhatikan lebih seksama tari Indang cenderung lebih dinamis. Gerakan penarinya lebih santai namun tetap rancak, terlebih bila dikolaborasikan dengan musik pengiringnya yang khas nuansa Melayu.

3.      Iringan Tari

Tari Indang Dindin Badindin diiringi oleh 2 ragam bunyi, yaitu bunyi yang berasal dari tabuhan alat musik tradisional khas Melayu seperti rebana dan gambus, serta bunyi yang berasal dari syair yang dinyayikan oleh seorang tukang dzikir. Tukang dzikir sendiri adalah sebutan bagi seorang yang memandu tari melalui syair dan lagu yang dinyanyikannya. Pada perkembangannya, alat musik yang mengiringi tari Indang kini semakin beragam. Beberapa alat musik modern seperti akordeon, piano, dan beberapa alat musik tradisional lainnya juga kerap ditemukan. Selain itu, syair lagu yang kerap dinyanyikan juga kini lebih sering hanya 1 jenis saja, yaitu lagu Dindin Badindin karya Tiar Ramon.

4.      Setting Panggung

Tari Indang hanya boleh ditampilkan oleh penari pria saja. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang tidak memperkenankan wanita mempertontonkan dirinya di khalayak umum. Namun, aturan ini kian lama semakin ditinggalkan. Buktinya beberapa pementasan tari indang kini kerap ditemukan dengan penari perempuan. Jumlah penarinya sendiri beragam, tapi yang sering ditemukan tarian ini ditampilkan oleh penari berjumlah ganjil, seperti 7 orang penari, 9 orang, 11 orang, atau 13 orang dengan satu atau dua orang bertindak sebagai tukang dzikir. Para penari tari Indang dalam budaya minang disebut dengan istilah anak Indang.

5.      Tata Rias dan Tata Busana

Dalam perkara tata rias dan tata busana, tari indang tidak memiliki banyak aturan. Yang jelas, khusus untuk para penarinya wajib mengenakan pakaian adat Melayu sebagai simbol dan identitas asal tarian tersebut. Sementara untuk tukang dzikir bebas mengenakan pakaian apapun asalkan sopan.

6.      Properti Tari

Pada awal masa kemunculannya, tari indang wajib dilengkapi dengan indang atau rebana kecil sebagai propertinya. Namun, kini properti tersebut sering ditinggalkan dan digantikan fungsinya oleh lantai panggung yang dapat menghasilkan suara ketika ditepuk.

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

Setelah mengamati gambar dan membaca penjelasan, praktikkan setiap gerakan tersebut.

Praktek menari dikirimkan pada tanggal  16 SEPTEMBER 2020

Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung pada tanggal 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka. Mereka meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Karena kejadian tersebut, tentara Inggris merasa tidak terima dan mulai menyerang, sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, di mana terdapat gudang amunisi besar milik tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakyat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut.

 

 

Berdasarkan teks di atas, isilah peta pikiran berikut!